Rasanya sudah lama tidak mengupdate blog ini. Beberapa hari yang lalu rumah lagi repot banget, ada hajatan. Alhamdulillah masku sudah menemukan jodohnya dan menikah. Senangnya,,, sekarang saya yang giliran ketar-ketir, siapa jodoh saya. Acara nikahan itu repot banget ya, banyak sekali acara dan apa-apa yang harus dipersiapkan. Padahal yang penting adalah akad nikahnya. Tak apalah, namanya juga sekali dalam seumur hidup, jadi ingin dibuat berkesan dan istimewa.
Kali ini blog ini akan saya update dengan photo saja. Kemarin saat mengantarkan si mbak membeli keperluan di atas. Menunggu sambil melihat kerumunan orang. Kalau kamu orang Blitar atau pernah lewat jalan anggrek, di pinggir jalan sebelah selatan, pertigaan dengan jalan melati akan menemukan orang jualan di pinggir jalan seperti photo di bawah ini.
Mungkin inilah potret miniatur Indonesia. Barang bekas pun masih memiliki nilai jual. Saking kreatifnya atau tuntutan ekonomi? Yang jelas orang menjual itu karena memiliki nilai jual dan atau ada permintaan. Tidak semua yang bekas itu tidak berarti apa-apa. Ada yang masih bisa dimanfaatkan
Waktu itu saya tidak mengadakan wawancara (eea, kayak wartawan saja). Saya hanya melakukan pengamatan. Barang yang dijual adalah barang-barang bekas. Ada peralatan dapur seperti; blender, magic jer. Ada pakaian bekas, jam tangan bekas, tape, hape bekas. Pokoknya semua barang bekas, bahkan yang menurut pengamatan saya tak ada fungsinya sama sekali di jual, misalnya dalamannya radio.
Sebenarnya di kota Blitar sendiri ada pasar loak yang memang disediakan untuk para penjual barang-barang bekas, letaknya di dekat pasar templek. Tapi kenapa di pusat kota ini masih ada pedagang barang bekas (loak) yang berjualan di trotoar jalan. Dari apa yang saya lihat, yang ramai dilihat dan dicari adalah hape bekas, dalam kondisi bisa dipakai dan cuma hape saja tanpa kardusnya atau chargernya. Kebanyakan anak-anak muda. Mungkin cari barang yang bermerk tapi bekas dan masih bisa dipakai, kan harganya murah.
Masih ingat saya, beberapa tahun yang lalu banyak sekali yang menjual pakaian bekas dari luar negeri, yang dikenal dengan pakaian impor. Sekarang saya masih bisa menjumpai, walau sudah berkurang karena dilarang pemerintah. Saya tak mengerti mengapa kita senang sekali dengan barang bekas, dari kereta bekas dari jepang yang di sana tidak layak pakai, atau mungkin monitor komputer yang banyak warnet pakai itu juga terlihat bekas. Orang Indonesia itu kreatif, bisa memanfaatkan barang bekas menjadi layak pakai, atau memang tak mampu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar